Halo ^_^, sesuai janji saya sebelumnya, saya akan membahas berbagai macam sistem hidroponik. Yuk langsung aja kita bahas satu persatu.
Merupakan salah satu sistem yang populer. Air dipompa dari bak penampungan, lalu dialirkan ke gully nft dengan kecepatan 1-2 L / menit. Dengan kemiringan 5% dan permukaan gully yang datar, sehingga terbentuk aliran air yang tipis (3-5 mm) dan membuatnya kaya akan oksigen. Setelah dialirkan ke gully, air akan kembali ke bak penampungan. Biasanya gully nft di Indonesia digantikan dengan talang air yang sudah dimodifikasi, ada juga yang menggunaan atap gelombang. Tak jarang juga yang mengimport gully dari luar negeri
4. Deep Flow Technique (DFT)
Hampir sama dengan nft, namun, aliran air pada sistem DFT lebih tebal / dalam. Jika NFT menggunakan talang air, DFT lebih sering menggunakan pipa paralon yang ujungnya diberi reducer.
5. Dutch Bucket
Air dipompa menuju "ember-ember" yang berisi media tanam dan tanaman, lalu kelebihan air akan dikembalikan ke bak penampungan. Tanaman yang biasanya ditanam dalam sistem ini adalah melon, tomat, dll. Media tanam yang sering digunakan adalah hydroton, semacam tanah liat yang dibakar dan berbentuk bulat.
6. Sistem Tetes / Fertigasi
Hampir sama dengan dutch bucket, namun air tidak kembali ke bak penampungan. Air dipompa menuju tanaman, lalu diteteskan ke media tanamnya. Biasanya digunakan timer, agar media tanam tidak terlalu basah dan menimbulkan genangan. Media tanam yang biasanya digunakan adalah sekam bakar, cocopeat (serbuk kelapa), dll.
7. Aeroponik
Air dipompa dengan pompa bertekanan tinggi lalu disemprotkan ke akar tanaman. Biasanya digunakan untuk budidaya tanaman kentang.
Ada juga sistem pasang surut, jadi pada jangka waktu tertentu air naik, lalu turun kembali begitu seterusnya.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya ! :) Jangan lupa tinggalkan komentar ya.
Silahkan share artikel ini / save foto dari blog ini, asal cantumkan sumbernya ya !
1. Wick (Sumbu)
Ilustrasi Sistem Wick |
Sesuai dengan namanya, sistem ini menggunakan kain flanel sebagai sumbu. Sistem ini termasuk yang paling mudah dan banyak diterapkan oleh pemula-pemula hidroponik. Cara kerjanya sangat sederhana, kain flanel menyerap air dan mengantarkannya ke atas karena gaya kapilaritas, lalu air tersebut membasahi media tanam (biasanya rockwool) dan akar tanaman. Akan lebih baik apabila ditambahkan aerator, namun tanpa aerator pun sayuran masih bisa hidup walaupun hasilnya tidak sebaik yang menggunakan aerator. Anda dapat membeli satu set hidroponik kit ini di penjual alat hidroponik terdekat, anda juga dapat membuatnya sendiri dengan bak plastik atau box styrofoam bekas tempat anggur import.
2. Rakit Apung
Ilustrasi Sistem Rakit Apung |
Sistem ini mengapungkan tanamannya di atas bak berisi air nutrisi menggunakan styrofoam atau bahan lainnya. Biasanya tanaman yang dibudidayakan dengan sistem ini adalah sayuran daun seperti selada, pakchoy, dll. Untuk menambah kadar oksigen, dipasang lah aerator di dalam bak tadi. Sistem ini hampir sama dengan sistem wick, hanya saja sistem ini tidak mengunakan sumbu dan mengapung.
3. Nutrient Film Technique (NFT)
Ilustrasi Sistem NFT |
Merupakan salah satu sistem yang populer. Air dipompa dari bak penampungan, lalu dialirkan ke gully nft dengan kecepatan 1-2 L / menit. Dengan kemiringan 5% dan permukaan gully yang datar, sehingga terbentuk aliran air yang tipis (3-5 mm) dan membuatnya kaya akan oksigen. Setelah dialirkan ke gully, air akan kembali ke bak penampungan. Biasanya gully nft di Indonesia digantikan dengan talang air yang sudah dimodifikasi, ada juga yang menggunaan atap gelombang. Tak jarang juga yang mengimport gully dari luar negeri
4. Deep Flow Technique (DFT)
Hampir sama dengan nft, namun, aliran air pada sistem DFT lebih tebal / dalam. Jika NFT menggunakan talang air, DFT lebih sering menggunakan pipa paralon yang ujungnya diberi reducer.
5. Dutch Bucket
Ilustrasi sistem Dutch Bucket |
Air dipompa menuju "ember-ember" yang berisi media tanam dan tanaman, lalu kelebihan air akan dikembalikan ke bak penampungan. Tanaman yang biasanya ditanam dalam sistem ini adalah melon, tomat, dll. Media tanam yang sering digunakan adalah hydroton, semacam tanah liat yang dibakar dan berbentuk bulat.
6. Sistem Tetes / Fertigasi
Hampir sama dengan dutch bucket, namun air tidak kembali ke bak penampungan. Air dipompa menuju tanaman, lalu diteteskan ke media tanamnya. Biasanya digunakan timer, agar media tanam tidak terlalu basah dan menimbulkan genangan. Media tanam yang biasanya digunakan adalah sekam bakar, cocopeat (serbuk kelapa), dll.
7. Aeroponik
Ilustrasi sistem aeroponik |
Air dipompa dengan pompa bertekanan tinggi lalu disemprotkan ke akar tanaman. Biasanya digunakan untuk budidaya tanaman kentang.
Ada juga sistem pasang surut, jadi pada jangka waktu tertentu air naik, lalu turun kembali begitu seterusnya.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya ! :) Jangan lupa tinggalkan komentar ya.
Silahkan share artikel ini / save foto dari blog ini, asal cantumkan sumbernya ya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar